Ya memang, semua berawal dari sebuah kesederhanaan. Tak bisa dipungkiri apalagi kita lari, lantas memaksa tak mau mengerti. Biar bagaimana pun itu tetap terjadi, meski tanpa permisi, dan itu semua lagi-lagi berakhir dengan hati.
Sejak awal mentari berpendar untuk pertama kalinya dari sekian lama aku berpasung diri dalam kegelapan, rasa tak tergerak sedikitpun.
Hanyalah kehampaan yang ada, kesakitan yang masih membekas sebab rindu nan tiada berbalas; pedih.
Hingga aku kembali percaya pada waktu, pada alunan dentingannya meski sedikit terbesit benci dalam kidung tak bertuju.
Goyah raga, jatuh melayang dalam keheningan, pikiranku buyar tak berarah.
Pergi untuk kembali 'kah?
Seolah kekata tiada guna kuramu dari sekian ratus ramuan terdahulu.
Perjalanan ini melelahkan!
Sedetik kau mematahkan dan sedetik pula kau terbangkan.
Lantas kau ulang, kian patah, kian merobek dan menghujam organ dalam.
Oh, sudikah kau beri alasan?
Atas perumpaan yang begitu indah, oleh untaian kasih manis tanpa gula, kau menaklukanku dengan hanya nyanyian syair sederhana?
Bulan ini meredupkan malamku.
Jingga tak menyambutnya lagi.
Hilang sudah yang kujadikan harapan tak bertepi.
Sandaran saja aku butuh, kumohon apakah sekian dari sekian akan tetap seperti ini?
Kisah yang sama meski paras berbeda.
Sekelumit rasa pun semakin gundah, terobrak-abrik hancur leburkan keyakinan.
Aku ingin pergi, baik kusendiri dengan kisahku saja.
Janganlah ada catatan hati dalam buku tahunanku.
Biarlah kosong aku puas.
Biar saja aku ingin lekas.
Hengkang dari sini, lalu kuukir kembali kisah baru bersama sepinya perjalanan yang sempat terhenti sebab hati.
Selesai..
Lampung, 25 Desember 2017
====================================================================
Sebelum Desember
Sebelum merasakan hal aneh yang tak sekalipun pernah kurasakan selama napas ini berhembus, hatiku tak lagi menyeru rintihan. Mungkin seperti asing, tetapi jelas kupahami ini begitu meletup-letup. Perjumpaan yang tak sengaja itu seolah meruntuhkan rasa trauma oleh kekecewaan yang mendalam.
Kala itu, aku berpikir untuk "Ah sudahlah! Barangkali dia adalah rasa sakit kedua." Lantas aku segera pergi dari sana. Kalaupun nanti berkelanjutan itu bukan menjadi hal yang langka. Setidaknya aku harus menyimpan luka ini dulu sampai sembuh benar.
Namun, perkara hati tetaplah tak bisa menipu dunia untuk tidak memandang lurus ke bola mata itu. Bertanya, "Adakah aku di sana?" atau "Mengapa tak ada celah sedikitpun untuk kau menoleh ke arahku berdiri di sini?"
Sarang harapan membuncah adanya bersama perasaan tak tentu arah. Meluncurlah sebuah doa, semoga suatu waktu membawamu padaku dengan satu alasan yang cukup kuat.
Dan, ya! Waktu tak pernah berkhianat atas masa lalu, segalanya mungkin telah terencana, ia benar datang dengan rontokan kelelahan yang membara. Seakan menarikku untuk menuntun ia bangkit, mengeluarkan kegelapan di kehidupannya, kemudian barulah semua dimulai.
Alunan musik bermekaran di mana-mana, bersama masa yang entah akan membawaku ke mana bersamanya. Indah sekali bukan? Setelah satu tahun menyembunyikan kunci hati, kini sengan mudahnya ada yang datang dengan tanpa paswordnya. Entah karena aku yang melelah, aku yang merasa kurang sehat, atau memang ini jalan? Ah..aku tak mau memikirkan itu. Kini sudah kugemborkan bahwa aku masih mempunyai pengganti. Meski aku belum tahu apakah ada pisau yang ia simpan untuk menusukku suatu saat yang telah ia rencanakan atau tidak. Yang pasti, hari itu aku buta oleh musim yang berganti secara drastis.
Hingga kini telah masuk musim sedingin embun pagi hari yang menusuk tulang rusuk, aku sudah mulai berjalan pergi. Pergi dari ia yang sempat membawa musim pengganti, meninggalkannya yang mungkin aku tak tahu apakah pikirannya masih sama ketika berhasil membuatku luluh kemudian lumpuh secara bergantian.
Hahaha. Desember ini begitu penuh lubang-lubang rasa pilu, kejatuhan ini beribu kali sampai tak terasa, perih hati pun seolah enggan mengeluarkan cairan bening untuk sekadar meredamkan jiwa.
Kejam
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
====================================================================
Sebelum Desember
Sebelum merasakan hal aneh yang tak sekalipun pernah kurasakan selama napas ini berhembus, hatiku tak lagi menyeru rintihan. Mungkin seperti asing, tetapi jelas kupahami ini begitu meletup-letup. Perjumpaan yang tak sengaja itu seolah meruntuhkan rasa trauma oleh kekecewaan yang mendalam.
Kala itu, aku berpikir untuk "Ah sudahlah! Barangkali dia adalah rasa sakit kedua." Lantas aku segera pergi dari sana. Kalaupun nanti berkelanjutan itu bukan menjadi hal yang langka. Setidaknya aku harus menyimpan luka ini dulu sampai sembuh benar.
Namun, perkara hati tetaplah tak bisa menipu dunia untuk tidak memandang lurus ke bola mata itu. Bertanya, "Adakah aku di sana?" atau "Mengapa tak ada celah sedikitpun untuk kau menoleh ke arahku berdiri di sini?"
Sarang harapan membuncah adanya bersama perasaan tak tentu arah. Meluncurlah sebuah doa, semoga suatu waktu membawamu padaku dengan satu alasan yang cukup kuat.
Dan, ya! Waktu tak pernah berkhianat atas masa lalu, segalanya mungkin telah terencana, ia benar datang dengan rontokan kelelahan yang membara. Seakan menarikku untuk menuntun ia bangkit, mengeluarkan kegelapan di kehidupannya, kemudian barulah semua dimulai.
Alunan musik bermekaran di mana-mana, bersama masa yang entah akan membawaku ke mana bersamanya. Indah sekali bukan? Setelah satu tahun menyembunyikan kunci hati, kini sengan mudahnya ada yang datang dengan tanpa paswordnya. Entah karena aku yang melelah, aku yang merasa kurang sehat, atau memang ini jalan? Ah..aku tak mau memikirkan itu. Kini sudah kugemborkan bahwa aku masih mempunyai pengganti. Meski aku belum tahu apakah ada pisau yang ia simpan untuk menusukku suatu saat yang telah ia rencanakan atau tidak. Yang pasti, hari itu aku buta oleh musim yang berganti secara drastis.
Hingga kini telah masuk musim sedingin embun pagi hari yang menusuk tulang rusuk, aku sudah mulai berjalan pergi. Pergi dari ia yang sempat membawa musim pengganti, meninggalkannya yang mungkin aku tak tahu apakah pikirannya masih sama ketika berhasil membuatku luluh kemudian lumpuh secara bergantian.
Hahaha. Desember ini begitu penuh lubang-lubang rasa pilu, kejatuhan ini beribu kali sampai tak terasa, perih hati pun seolah enggan mengeluarkan cairan bening untuk sekadar meredamkan jiwa.
Kejam
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Agen Slot Deposit Pulsa Masterbet188
BalasHapusMasterbet188 Memang yang terbaik di kelas judi Togel & Slot online
Daftar Sekarang Juga dan dapatkan Bonus & Promo Menarik lainnya sekarang juga
HANYA DI MASTERSLOT188
✅ WELCOME BONUS 20% SPORTBOOK & CASINO
✅ WELCOME BONUS 30% SLOT
✅ WELCOME BONUS 30 RIBU ALL GAME
✅ BONUS HARIAN 10%
✅ BONUS CASHBACK BERFARIASI
✅ BONUS UP TO 2%
.
DEPOSIT VIA PULSA
✅ TELKOMSEL, RATE 81%
✅ AXIS, RATE 90%
✅ XL, RATE 90%
✅ OVO, RATE 0%
♤
Hubungi Kami :
📲 Whatsapp: +6281397628286
📲 Line : Masterbet188
🌏 Link 1 : masterbets188.site